Just a Blog From Kopites and Interisti: September 2014

Tuesday 30 September 2014

Nukus Community vs Sutoyo Family ; Kajian dari Sisi Bahasa dan Pemasaran



Anda pernah melihat sebuah stiker yang berada di kaca mobil yang bertuliskan “Nukus Community”? Atau mungkin melihat stiker lainnya yang bertuliskan “Sutoyo Family”? Bila iya, apa yang ada di benak anda ketika melihat stiker-stiker tersebut?

Kedua stiker tersebut mungkin sering anda jumpai, terutama bila anda berdomisili di Kota Malang dan sekitarnya. Mungkin anda bertanya-tanya, itu keluarga besar atau komunitas yang besar. Mungkin ada beberapa pihak yang memiliki pertanyaan seperti itu di dalam hati, sama seperti saya yang sebelumnya belum “ngeh” apa maksud dari tulisan kedua stiker tersebut.

Sebelum melangkah jauh ke pembahasannya, kita akan lebih dulu mengupas apa sih kedua stiker tersebut? Apa istimewanya? Kok banyak yang pake? Tak banyak yang bisa digali memang dari sumber internet karena jarang sekali orang yang mengangkat kedua stiker tersebut dalam tulisannya.


iPhone 6 dan iPhone 6 Plus ; Sesuai ekspektasi para fans-nya?

 source picture : zdnet.com
Apple telah merilis dan menjual smartphone terbaru mereka, yaitu iPhone 6 dan iPhone 6 plus. Bisa dibilang masa peluncuran ini dirasa cukup, mengingat kali terakhir Apple merilis seri iPhone 5 pada tahun lalu. Bersamaan dengan itu pula, Apple merilis update iOS terbaru, yaitu iOS 8.

Apa yang berbeda dari iPhone 6 dan plus ini? Masih mengandalkan ciri khas bentuk Apple yang agak rounding di bagian tepinya, iPhone 6 mengusung luas layar 4,7 inch, terpaut 0,7 inch dari pendahulunya yaitu iPhone 5. Meskipun memiliki layar yang lebih luas, iPhone 6 memiliki kedalaman piksel yang sama dengan pendahulunya yaitu 326 ppi (pixel per inch). Hall ini dikarenakan iPhone 6 menaikkan resolusi layarnya menjadi 750 x 1334 pixels. Sementara iPhone 6 plus (Apple menganggapnya sebagai phablet), mengusung bentang layar seluas 5,5 inches dengan resolusi Full HD 1920 x 1020 pixels. Dengan begitu iPhone 6 plus ini lebih tajam di dalam menampilkan gambar, karena memiliki kerapatan piksel sebesar 401.

Prosesor yang dipakai masih mengandalkan ARM  Apple A8 based dual core dengan clock speed 1, 4 Ghz, meningkat 0,1 Ghz dibanding pendahulunya. Besar RAM pun masih sama yaitu 1GB. Sementara GPU (Graphic Processing Unit) menggunakan PowerVR GX6450 (hexa core).

Saturday 27 September 2014

Pilkada Tak Langsung ; Sebuah Langkah Mundur Demokrasi? Atau langkah Maju bagi Dunia Perpolitikan Indonesia?


source picture : iberita.com

Jumat dini hari, 26 September 2014, rapat paripurna DPR RI akhirnya memutuskan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dikembalikan ke tata cara lama, yaitu melalui DPRD. Keputusan ini sudah lama diprediksi banyak pihak, mengingat pengakomodir pilihan Pilkada Tak Langsung memang mayoritas suara di DPR RI.

Keputusan ini memang sangat disesalkan banyak pihak, terutama dari pihak pemerintah maupun masyarakat. Rakyat Indonesia sudah terbiasa melakukan pemilihan secara langsung, semenjak tahun 2004 dimana dimulai dengan terpilihnya Presiden Sby bersama wakilnya Jusuf Kalla, dalam pemilihan presiden langsung yang pertama di Indonesia.

Presiden Sby pun mendapat cemoohan di media sosial, karena Partai Demokrat justru melakukan aksi WO pada sidang paripurna kemarin. Padahal Sby sudah mendengungkan akan mendukung pilkada secara langsung. Hal ini menjadi tamparan keras bagi kredibilitas Sby. Banyak cemoohan dan meme yang bernada mengejek konsistensi Sby di dalam pendiriannya.

Keputusan ini dianggap banyak pihak sebagai langkah mundur daripada demokrasi yang terjadi di Indonesia. Pilkada secara langsung bahkan sangat diapresiasi oleh pihak luar. Karena masih banyak negara demokrasi tapi tidak melalui mekanisme pemilihan secara langsung. Presiden Sby pun merupakan produk dari pemilihan secara langsung oleh rakyat.

Di sisi lain, keputusan ini menjadi bukti bagaimana peran oposisi yang kuat di DPR RI. Sampai saat ini, kekuatan oposisi di politik Indonesia masih dianggap kurang bertaji. Hal ini bisa dilihat dari dua edisi pemerintahan sebelumnya, di,mana peran oposisi dianggap terlalu lemah karena banyaknya partai yg merapat ke pemerintahan.

Kemenangan KMP juga dianggap sebagai bukti bahwa koalisi bisa terus berjalan dengan komitmen. Seperti yang kita tahu, koalisi pada masa pemerintahan terdahulu cenderung berubah-ubah. Hal ini tampak dari komitmen Partai Golkar yang cenderung tidak konsisten di dalam koalisinya, baik sebagai pendukung pemerintah, atau oposisi.

Keputusan ini masih menjadi pro dan kontra. Dan itupun belum final, karena masih banyak pihak yang akan melayangkan gugatan ke MK. Kita tunggu saja bagaimana kelanjutan UU Pilkada tak langsung ini pada akhirnya.
just an ordinary boy

About Me

My photo
Malang, Indonesia
Student of International Relations, Gadget Addict, Want to Know About Anything